Kamis, 27 Desember 2012

Bagaimana saya bisa sampai di sini?

Entah berapa lama saya tak menyentuh blog saya. kalau blog ini berwujud kamar, mungkin sudah banyak sarang laba-labanya. hehe.
keadaan saya sudah cukup banyak berubah, dibandingkan pada saat terakhir kali saya posting di blog ini.
saat ini saya telah lulus kuliah, dan telah bekerja di suatu perusahaan minyak, sebagai Jr. Finance and Accounting Executive. Pada kesempatan ini saya hanya ingin sedikit bercerita tentang mengapa saya bisa sampai ada di sini. :)
Jadi begini, setelah saya lulus kuliah (bulan juli 2012-red), tadinya saya memutuskan untuk berbisnis saja. tetapi sepertinya dari pihak keluarga lebih ingin jika saya bekerja saja dulu untuk saat ini. akhirnya saya pun melamar ke sana kemari. tapi, karena suatu hal, saya tidak melamar-melamar lagi sejak akhir september. yang saya lakukan hanya mendekatkan diri pada Allah saja. Saya pun yakin, jika saya dekat dengan Allah, Allah ridho, maka apapun yang saya minta, pasti diberi :) saya sangat yakin akan hal itu. Saya yakin, mencari pekerjaan itu seperti mencari jodoh. Kalau sudah jodoh, tidak dicari pun datang sendiri :)

Singkat cerita, tiba-tiba akhir November, saya mendapat panggilan dari suatu perusahaan distributor footwear dan fashion yang cukup besar. padahal saya melamar ke perusahaan tersebut sudah cukup lama, pada bulan Agustus. setelah dua kali di interview, akhirnya saya diterima, dan mulai bekerja tanggal 3 Desember. Saya bersyukur sekali. saya berpikir inilah akhir dari penantian saya yang akhirnya saya coba jalani.
setelah hari pertama saya jalani, saya ingat hari itu hari senin, tiba-tiba sepulang saya bekerja,saya mendapat telepon. awalnya saya tidak mengenal nomor itu, dan ternyata yang menelepon adalah pembimbing PKL saya dulu sewaktu di KTB, namanya Pak Haryono. Sudah lama saya kehilangan kontak dengannya, sejak handphone saya hilang pada bulan Maret lalu. Saya sumringah menerima telepon darinya. seperti seorang anak yang ditelepon ayahnya yang telah lama tidak ada kabar. ia menanyakan kabar saya, apa sudah bekerja atau belum. lalu sampailah ia pada tujuannya, menawarkan saya pekerjaan. temannya di suatu perusahaan minyak lagi butuh di bagian accounting, katanya begitu. "boleh deh, Pak..saya coba.." begitu kata saya. Pada saat itu yang ada di pikiran saya hanya saya tidak enak jika menolak, karena beliau sangat baik pada saya.

Besoknya saya langsung mengirimkan CV ke email yang Pak Haryono kasih. Siangnya saya ditelepon, diundang untuk psikotest dan interview. Pada saat interview, saya lebih memilih untuk jujur ketika ditanya. Contohnya, what are you in 5 years later? saya menjawab, "I have little happy family and build my own business" *It means, I will not work for this company more than 5 years.*
Saya juga sempat ditanya-tanya tentang loyalitas, pengetahuan tentang akuntansi, dll.
Saat interview dengan CEO, (Mr. Ravi-red), beliau berbicara secara terbuka, beliau tertarik dengan saya. kalimat yang sering sekali diucapkannya "you are very very smart lady" dengan logat indianya yang khas, karena ia memang asli orang India. Pada saat nego gajipun sempat tarik-menarik. saya terus terang bilang, harus ada perbedaan yang signifikan dengan gaji di perusahaan yang terdahulu (jual mahal ceritanya. wkwk)   dan yak, beliau pun "ngalah", yang penting saya mau bekerja disana.hihi..
Ada hal yang menarik pada saat interview. Mr. Ravi menanyakan soal pacar. saya pun menjelaskan tentang prinsip saya sekarang. "I dont want to have any boyfriend" yang pasti langsung menjadi pertanyaan besar "WHY?". Saya pun menjelaskan apa adanya.
Beliau juga menanyakan, seandainya saya diterima di bank, saya akan pindah atau tidak, saya bilang tidak. I dont like banks :) yang juga jadi pertanyaan besar "WHY??"
dan ternyata, beliau justru jadi respect dengan adanya perbedaan sudut pandang tersebut.. Alhamdulillah..
Singkat cerita, akhirnya saya diterima.
Barulah saya tau, orang yang sekarang menjadi partner saya (Bayu Perkasa-red) itulah yang merupakan teman baik pak Haryono. Dunia itu sempit ya. haha.    

Akhirnya di hari ke 6 saya bekerja di tempat yang sebelumnya, saya pun langsung resign. kebetulan saya di sana memang belum tanda tangan kontrak apa-apa. alasannya, HRD mau lihat performa saya dulu 1-2 minggu. Jadilah saya bisa dengan mudah resign tanpa perlu surat ini itu, tinggal menghadap saja.

Besoknya, tepat di hari kelahiran saya, tanggal 11 Desember 2012, saya langsung mulai bekerja di tempat yang sekarang. Tempat yang amat sangat nyaman untuk saya. saya nyaman dengan orang-orangnya, tempatnya, kerjaannya, dan lain-lainnya :p

Di hari pertama saya bekerja, sore-sorenya saya di training sama pak bayu partner saya, dan Mba Nita manajer saya.  Pak bayu bilang, "saya mau terbuka dengan kamu. saya mendapat rekomendasi dari teman baik saya. orang yang omongannya bisa saya pegang. dari dulu saya minta2 cariin orang dia nggak pernah mau. 'jangan ah..ntar orangnya nggak bagus kerjanya atau gimana2, ntar gue nggak enak.' dan akhirnya untuk pertama kalinya dia memberikan saya rekomendasi, dan orangnya itu... kamu. Jadi tolong, tolooong sekali jaga kepercayaan saya."
"Insya Allah" jawab saya singkat sambil tersenyum.
disitulah saya merasa Challanged sekali. dan langsung bertekad, "gue ga mau ngecewain pak bayu yang udah menaruh harapan besar sama gue, dan gue juga ga mau malu2in pak haryono yang udah nolongin gue untuk dapet kerjaan ini, ga mau ngecewain Mr. Ravi juga yang udah "ngalah", dan utamanya ga mau mengecewakan Allah yang telah mengaruniakan saya pekerjaan. titik." yang akhirnya saya buktikan dengan performa saya sekarang. Alhamdulillah.
Malam harinya saya langsung menelepon Pak Haryono, saya mengucapkan terimakasih padanya, karena ia telah merekomendasikan saya. ia pun memberi nasihat2 dan wejangan. saya benar-benar seperti sedang dinasehati oleh seorang ayah. :))

dan semakin hari, semakin merasa disayaang sekali sama orang2 di sini. baru 2 minggu saya bekerja, saya sudah mau diajak jalan-jalan ke luar kota bersama. hehe :p
CEO saya bilang, "I know you've working veeery hard. So, I want to give you some refreshings.. If you give more, you will get more" Saya ketawa. Pak bayu bilang, "ehh serius.."
CEO saya menambahkan, "Seriously. Saya tidak suka orang malas, kalau orangnya malas saya juga malas ajak jalan-jalan. Tapi kalau orangnya rajin, work sincerely, pasti ia juga akan dapat banyak"
Saya senyum sambil manggut2..

dan saya baru menyadari. keyakinan saya terbukti. mencari pekerjaan itu seperti mencari jodoh, kalau sudah jodoh, tak dicari pun datang sendiri :) dengan catatan...."tempel" terus deh Yang Maha Memiliki dan Mengatur Segalanya, termasuk rezeki pekerjaan :)

sekian dulu untuk cerita saya kali ini..doakan pekerjaan saya ini membawa keberkahan.. Aamiin..

Jumat, 31 Agustus 2012

Keluarga Pecinta Al-Qur'an

Alkisah, sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan empat orang anak. Anak yang pertama laki-laki kelas 3 SD. yang kedua juga laki-laki kelas 1 SD. Yang ketiga perempuan, masih TK, dan yang bungsu umur tiga tahun juga perempuan. Yang menarik, keluarga ini menjadi keluarga pecinta Qur’an. Anak pertamanya kini sudah hafal 5 juz. Anak keduanya 2 juz, sedangkan anak ketiganya 1 juz, anak ke empatnya walau masih tiga tahun sudah Iqra 3. Ayah ibunya? Alhamdulillah sudah hafal 30 juz. Subhanallah. Setiap pekan, mereka meluangkan waktu untuk mengkaji Al-Qur’an bersama. Si Ayahnya ini meski bukan jebolan pesantren, tapi pengetahuan akan agama Islam tidak diragukan karena kecintaannya pada Al-Qur’an. Ayahnya menjadi idola bagi anak-anaknya, karena pengetahuannya yang mendalam itu. Ayahnya selalu jadi “sasaran” jika mereka mau bertanya-tanya tentang hal apapun. Setiap Shubuh dan Isya, mereka selalu sholat berjamaah. Pagi sampai sore harinya, ayahnya bekerja. Ibunya? Saat menikah ibunya masih bekerja di sebuah perusahaan. Tapi setelah melahirkan anak pertamanya, ibunya fulltime berada di rumah. Ia mengabdikan dirinya untuk keluarga. Tetapi ia tetap membantu perekonomian keluarga dengan usaha yang dimilikinya, namun tidak mengganggu waktunya untuk keluarganya. Ia gunakan waktu sisanya untuk berbisnis, sedangkan waktu utamanya tetap untuk keluarga. Bagaimana caranya? Dari tabungannya semenjak belum menikah sampai ia berhenti bekerja, ia gunakan untuk membeli 2 gerobak es buah. Kemudian ia cari dua orang pegawai untuk menjajakkan dagangannya. Sehari-hari kedua gerobak tersebut mangkal di tempat yang berbeda. Malam hari seusai Shalat Maghrib, ibunya ini tinggal menerima saja setoran dari pegawainya. Di tahun ke sepuluh pernikahannya, ia telah memiliki 30 gerobak. Selain itu, ia juga menerima pesanan kue untuk arisan, pengajian, rapat dan lain-lain. Jika pesanannya banyak, ia kerahkan tetangganya sesama ibu rumah tangga untuk membantunya membuat kue-kue tersebut di rumahnya. Suaminya, keempat anaknya, tak pernah sedikitpun kehilangan perhatian darinya. Hasilnya tak ia foya-foya. Ia bukan tipe wanita yang suka menghambur-hamburkan uang. Ia gunakan uangnya untuk tambahan keperluan keluarga, sedekah, dan sisanya diinvestasikan. Apa investasinya? Ia beli sebuah rumah yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumahnya, yang dipergunakan untuk penitipan anak sekaligus TPA untuk anak-anak. Investasi dunia sekaligus akhirat. Sore hari, ia mengajar di TPA tersebut dengan membawa anak-anaknya juga. Jadi benar-benar tidak ada yang dikesampingkan olehnya. Pernah suaminya bertanya, ”Istriku, apa ada yang engkau inginkan? Mungkin perhiasan? Atau pakaian? Aku selalu bingung jika mau memberimu hadiah, kau tak pernah minta apa pun. Dan tak terlihat tertarik pada suatu benda apa pun. Jika kau butuh sesuatu, kau selalu gunakan uangmu sendiri. Uang yang ku berikan padamu, kau gunakan sepenuhnya untuk keperluan keluarga” Mendengar pertanyaan itu, istrinya tersenyum, lalu berkata “aku tak pernah silau akan apa pun di dunia ini, aku hanya ingin bersamamu dan anak-anak kita di syurga, bimbing aku ya... hanya itu yang aku butuhkan. Cukuplah akhirat yang kita kejar, biar dunia yang kejar menghampiri kita” Si Ayah, pengetahuan akan agamanya mendalam hingga bisa membimbing keluarganya menjadi pecinta Qur’an. Si ibu, ibu yang cerdas dalam multitasking, great mompreneur, dan tak pernah lepas perhatiannya pada keluarga. Anak-anak yang sholih dan sholihah. Sungguh, sebuah potret keluarga yang mengagumkan bathin saya. Yak, surpriiiiseee kisah tadi 100% karangan saya. Hehehe. Itu keluarga impian saya yang ingin saya bangun kelak. Saya menulis ini karena bosan dengan bentuk harapan yang ditulis dengan poin-poin, kurang menarik. Semoga saya bisa mewujudkan impian saya, itu. Aamin Yaa Robb :) Walau fiksi, tapi saya sering mendengar kisah-kisah yang serupa. Yang di atas ini saya sesuaikan dengan keinginan saya. Namanya juga impian, boleh-boleh saja kan? Hehe.. Semoga menginspirasi dan bermanfaat. Salam, calon ibu di keluarga pecinta Qur’an. (hihiw :D)

Kamis, 23 Agustus 2012

Aku Benci Jatuh Cinta.....

Aku benci jatuh cinta, tanpa aku bisa mengungkapkannya.. Aku benci memulai sesuatu, tanpa ku bisa mengakhirinya.. Aku pun benci mengakhiri sesuatu, tanpa ku bisa melupakan bagaimana awalnya.. Aku benci merindu, tanpa ku dapat bertemu.. Aku benci merasa khawatir, tanpa aku bisa berbuat apa-apa.. Aku benci menunggu, tanpa ku tahu sampai kapan.. Aku benci semua perasaan ini, tanpa aku bisa mengendalikannya.. Aku pun benci semua kebencian ini, tanpa ku tahu mengapa.. Tapi semua kebencian ini karena kecintaanku pada-Mu ya Allah.. Aku benci jatuh cinta,, Ya, aku benci jatuh cinta (pada seseorang yang bukan Haq), tanpa aku bisa mengungkapkannya (dalam keadaan yang halal).. Aku benci memulai sesuatu (yang belum waktunya), tanpa ku bisa mengakhirinya (dengan ikhlas).. Aku pun benci mengakhiri sesuatu (yang berujung penyesalan), tanpa ku bisa melupakan bagaimana awalnya (betapa aku bodoh melakukan sesuatu yang tak kau ridhoi).. Aku benci merindu (pada sesuatu yang Kau rindukan), tanpa ku dapat bertemu (di waktu yang telah Engkau tentukan).. Aku benci merasa khawatir (pada suatu keadaan), tanpa aku bisa berbuat apa-apa (selain doa yang ku panjatkan).. Aku benci menunggu (untuk dapat melakukan apa yang Engkau perintahkan), tanpa ku tahu sampai kapan (Aku mampu melakukannya).. Aku benci semua perasaan ini (jikalau sampai mengusik rasa cintaku pada-Mu), tanpa aku bisa mengendalikannya (dengan iman yang kuat).. Aku pun benci semua kebencian ini (jikalau terselip alasan yang bukan karena-Mu), tanpa ku tahu mengapa (begitu lemah imanku).. Satu prinsipku yang kini ku pegang Kan kucintai sesuatu hanya karena-Mu, Dan kan kubenci sesuatu hanya karena-Mu.. Insya Allah.. Kuatkan Aku Ya Allah.. pada jalan perjuangan ini.. Tuntun aku agar dapat senantiasa bertaqwa.. "Robbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a’yun, waj’alna lil muttaqina imama…"(Al-Furqan:74)

Senin, 06 Agustus 2012

Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib dan Fathimah Azzahra

Ini salah satu kisah cinta terindah menurut saya. begini ceritanya.... Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah, Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan! ‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu. ”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya. Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan. Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan. Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu? ”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ” ”Aku?”, tanyanya tak yakin. ”Ya. Engkau wahai saudaraku!” ”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?” ”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!” ’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan. ”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?” ”Entahlah..” ”Apa maksudmu?” ”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!” ”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !” Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ” ‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?” Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu” Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.” Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya: “Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4) Sumber: http://psikoci.wordpress.com/2011/10/20/50/

Rabu, 27 Juni 2012

Lowongan Kerja (Urgent)

Dibutuhkan SEGERA seorang karyawati untuk menjaga outlet makanan. Lokasi outlet di Jl. Balai Pustaka, Rawamangun, Jakarta Timur. Jam kerja: 10.00 s/d 19.00 WIB. Mulai kerja 16 Juli 2012. Syarat: -Wanita 17-25 tahun. -Pendidikan tidak diutamakan. -Rajin, jujur, dan mau belajar. -berdomisili di Rawamangun. Penghasilan: nego. Berminat? kirim data diri (Nama, jenis kelamin, usia, pendidikan) ke: clarabellafanizasya@gmail.com atau mention via twitter ke @clarabella_f atau ke no. 085692089386 (SMS only) Sampaikan informasi ini ke teman/saudara/kerabat Anda yang sekiranya membutuhkan. Terbuka kesempatan untuk mahasiswa yang mau kerja part time apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. apabila tidak diterima, berkesempatan menjadi waiting list untuk cabang kami yang berikutnya. Ditunggu ya :) Mohon sebar informasi ini. Terima kasih.. Clarabella F. (owner and founder)

Selasa, 17 April 2012

Filosofi saya tentang “Perahu Kertas”

Mungkin saya terlambat untuk membaca buku ini. Perahu Kertas sudah dirilis sejak 4 tahun lalu. Tapi saya percaya, tidak ada kata TERLAMBAT untuk MENGIKAT HIKMAH.
Sebelum saya lupa, sebelum hikmah itu karam bersama perahu kertas yang tak mampu menahan derasnya aliran sungai, saya ingin sedikit membagi hikmah itu.
Saya tidak ingin menceritakan buku Perahu Kertas yang baru saja saya lahap hingga ke kalimat terakhir. Karena menurut saya, buku itu TIDAK BISA DICERITAKAN, tetapi hanya bisa DINIKMATI dengan cara MEMBACANYA. MEMBACANYA adalah the only way untuk dapat MENGIKAT HIKMAH yang mengalir di dalamnya.

Beberapa kali saya mencoba menuangkan apa yang saya dapat dari buku tersebut, melalui beberapa kali 140 karakter di twitter, namun saya merasa belum juga puas. Dan mungkin tidak akan pernah puas. Karena terlalu banyak lika-liku yang saya RASAKAN dalam membacanya. Ya, sepanjang saya membaca buku tersebut, saya seolah-olah berada di dunia lain. Berada di dalam kawah-kawah imajinasi yang saya tidak tahu ada dimana, tapi setiap sudut tempat dapat saya banyangkan dengan jelas. Wajah-wajah tiap karakter pun tergambar jelas di kepala saya, meski saya yakin setiap pembaca pasti punya imajinasi yang berbeda-beda. Karakter tiap tokoh begitu kuat dan dalam, dan tanpa sadari saya seperti sedang dalam posisi Kugy—salah satu tokoh utama dalam buku ini— tiap kali membacanya. Bahkan persaan Kugy pun kerap saya rasakan juga. Seringkali saya tergelak-gelak tawa tatkala humor-humor yang dihadirkan, terasa sangat natural namun mencabik-cabik urat tawa saya. Dan tak jarang pula saya menangis, bukan karena sedang membayangkan apa yang sedang terjadi, namun karena saya seperti sedang MERASAKAN apa yang dirasakan oleh mereka. Semua begitu NATURAL, begitu BERNYAWA, seperti lukisan Keenan dan dongeng-dongeng yang ditulis Kugy. Tak perlu EFFORT banyak-banyak untuk tertawa dan menangis saat membaca buku ini. Semua SANGAT NATURAL.

Dalam tulisan ini saya mencoba mengikat hikmah dengan cara saya sendiri, ya, dengan filosofi. Dalam sudut pandang saya, Perahu Kertas diibaratkan adalah manusia, kita. Sungai yang mengalir adalah kehidupan yang harus dijalani. Bebatuan di sana-sini, ikan-ikan, dan semua rintangan itu adalah realitas yang harus dihadapi. Sedangkan lautan, adalah impian yang hendak dicapai. Walau kita sudah berada di pantai, kita tak akan pernah sampai ke laut jika kita tidak menginginkannya. Jika kita gentar dengan ombak yang bergulung-gulung, jika kita terlalu asyik dengan istana pasir yang kita buat—yang kita tahu suatu saat akan hancur jua diterpa air laut. Kertas tak akan pernah menjadi Perahu Kertas tanpa kita MEMBUATNYA. Dan IMPIAN AKAN SELAMANYA MENJADI IMPIAN, jika kita tidak MEWUJUDKANNYA.

Sebaliknya. Perahu Kertas, dengan segala kerapuhannnya karena hanya terbuat dari kertas, yang mungkin akan terkoyak di tengah jalan hanya dalam hitungan meter, namun dengan KEYAKINAN, semua batu, kerikil, atau apa pun, tak akan pernah mengaramkannya. Perahu Kertas akan terus melaju sampai ke muara. Meski sudah bukan dalam bentuk perahu, meski lebih tepat disebut onggokan kertas, namun SAMPAI KE LAUT tetaplah SAMPAI KE LAUT. Dan itulah yang dinamakan PENGORBANAN untuk mencapai IMPIAN. Seperti keyakinan Kugy bahwa setiap sungai, setiap empang, bahkan selokan sekalipun akan menghanyutkan perahu kertasnya untuk sampai ke laut. Ya, KEYAKINAN, PENGORBANAN, dan IMPIAN adalah tiga kata yang tak pernah dapat dipisahkan.

Di beberapa sudut cerita, buku ini menggariskan sebuah hikmah yang TERSIRAT namun LUGAS. “You can lie to the world. The whole world. But not to your heart”. Sebuah perahu kertas mungkin akan terlihat mulus berjalan PADA AWALNYA. Walau hanya terbuat dari kertas, namun tetap mengapung, dan tetap mengalir, PADA AWALNYA. Walau hanya terbuat dari kertas, tetapi bentuknya mirip perahu sungguhan, PADA AWALNYA. Tetapi perahu kertas, tetaplah terbuat dari kertas, yang tak bisa terus bertahan walaupun bentuknya seperti perahu sungguhan. Partikel-partikel kertas tak akan mampu menahan gejolak air di sepanjang perjalanannya sampai ke laut. Itulah yang dinamakan REALITAS. Karena orang-orang (DUNIA) hanya melihat perahu kertas mengalir sebatas pandangannya saja, namun setelah tak terlihat lagi, DUNIA tidak akan tahu dan mungkin tidak akan peduli perahu kertas itu kelak akan menjadi apa, kelak hendak sampai kemana. Karena hanya perahu itu saja, dan Tuhan yang tahu.

Hikmah besar selanjutnya yang mengalir bersama saya dan buku Perahu Kertas ini adalah betapa lari dari masalah adalah sebuah masalah. Jika kertas diibaratkan sebuah masalah, dan kita buat perahu, lalu dihanyutkan, sesungguhnya kita tidak sedang membuang masalah, namun MENAMBAH MASALAH. Karena setelah dialirkan ke sungai, tidak ada yang dapat menjamin kertas itu akan hancur ditelan alam. Karena kertas tersebut bisa saja bergabung dengan kertas-kertas MASALAH yang lain, yang pada akhirnya menumpuk dan akhirnya mengotori bahkan menghentikan aliran sungai. Atau.. membuat aliran sungai yang tenang menjadi luapan air yang membanjiri bumi hingga menjadi petaka, karena kertas-kertas MASALAH yang dihanyutkan bersama perahu tadi.

Saya memang tidak pandai merangkai kata-kata. Saya bahkan jarang mebaca novel. Saya juga jarang sekali mengisi blog saya. Tapi buku Perahu Kertas ini sungguh mendorong saya untuk MEMBACA dan MENULIS lagi.Terima kasih Dee Lestari :)
Akhir kata, buku ini VERY RECOMMENDED, untuk anda yang bosan dengan kisah-kisah cinta biasa. Untuk anda yang muak dengan cerita yang tidak natural, untuk anda yang tidak suka dengan alur cerita yang tertebak akhirnya sampai anda benar-benar menyelesaikannya, untuk anda yang lupa dengan rasanya “penasaran”, dan untuk anda yang ingin ikut mengarungi sungai-sungai kehidupan yang digambarkan penulis bersama Perahu Kertas anda masing-masing. Karena setiap Perahu Kertas akan akan menemukan jalannya masing-masing menuju LAUTAN, menuju IMPIAN. Karena setiap Perahu Kertas akan menemukan NASIBNYA sendiri.
Mungkin masih banyak hikmah yang tak tersampaikan, dan itulah KEHIDUPAN. Tidak semuanya dapat DIUNGKAPKAN. Namun, dengan mengarunginya, satu per satu hikmah akan terikat dengan sendirinya. :)

Tangerang, 17 April 2012


@clarabella_f

Selasa, 03 April 2012

Hey Anda! Ya, Anda yang mencela Hujan.

Hey Anda! Ya, Anda yang mencela Hujan.


Hari ini hujan begitu deras mengguyur bumi. Bahkan di beberapa tempat mulai tergenang banjir.
Hmm.. Adalah sangat miris rasanya membaca tweet atau status orang yang mencaci maki hujan. Kenapa sih emangnya? apa yang salah dengan hujan??
Hey anda, ya anda yang katanya calon sarjana. Pernah mikir nggak kalau ada yang begitu bahagia menyambut datangnya hujan, karena mata pencahariannya bergantung pada hujan? Yak! Salah satunya tukang ojek payung. Biasanya mereka anak-anak kecil dan remaja. Mereka yang belum diwajibkan untuk mencari nafkah, sengaja keluar saat hujan deras tiba demi sesuap dua suap nasi. . Nggak peduli sekujur tubuh basah, masuk angin, kaki tangan mengkerut, belum makan dari pagi, dan lain-lain.. Yang penting mereka bisa dapet uang ketika hujan. Yang biasanya juga cuma sebentar. Belum harus rebutan pelanggan sama temen-temennya. Masya Allah.
Hey anda, ya anda yang lagi sibuk ngupdate status pakai BB untuk maki-maki hujan. Apa anda berpikir, nanti malam anda bisa makan atau tidak? Saya pikir tidak. Karena anda sudah merasa secured untuk kebutuhan primer. Jadi anda sibuk mencari-cari apa yang bisa anda kesalkan. Apa ya? Panca indera semua lengkap. Rumah ada. Bapak ibu ada. Uang dikasih tiap bulan sama orang tua. Muka cantik dan ganteng. Otak (katanya) pinter. Apa lagi ya? Dan saat hujan tiba, anda baru menemukan yang bisa anda keluhkan. Yaa! Anda kehujanan dan baju anda basah, bonusnya pilek-pilek dikit. Tapi anda seperti orang paling menderita di jagad raya. (Maaf saya lebay, saya mencoba mengimbangi anda :) )
Hey anda, ya anda yang mulai kesal karena merasa tersindir dengan tulisan ini. Saya memang tidak punya hak apa-apa atas segala tweet atau status yang anda buat. “TWITTER TWITTER KU, KAREP-KAREP KU! MASALAH BUAT LO?” mungkin begitu yang anda katakan sambil meniru gaya Soimah. Hihi. Saya cuma mengingatkan, (yang berikut ini saya kutip dari http://hmasoed.wordpress.com/2009/01/15/hujan-adalah-rahmat-allah-jangan-dicela-datangnya-terimalah-dengan-penuh-syukur-dan-sabar-persiapkan-diri-menerima-rahmat-allah-h-u-j-a-n/ karena ilmu saya belum mencukupi) sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.’ “ (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan hasan shohih)
Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu), angin dan makhluk lain yang tidak dapat berbuat apa-apa, termasuk juga hujan adalah terlarang. Larangan ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini makhluk tersebut sebagai pelaku dari sesuatu yang jelek yang terjadi. Meyakini demikian berarti meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk dan ini sama saja dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika diyakini yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan pelaku dan hanya sebagai sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram, tidak sampai derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma sekedar pemberitaan, -seperti mengatakan, ‘Hari ini hujan deras, sehingga kita tidak bisa berangkat ke masjid untuk shalat’-, tanpa ada tujuan mencela sama sekali maka seperti ini tidaklah mengapa. (Lihat Mutiara Faedah Kitab Tauhid, 227-231)
Nah loh! Yang tadinya cuma pengen eksis di twitter, dengan mencaci maki hujan, malah terancam syirik. Objek yang anda caci itu ciptaan Allah. Dengan segala kesempurnaan-Nya, Allah tak pernah salah dalam penciptaan-Nya.
Hey anda,Mister dan Miss Twitter, hujan adalah rahmat Allah. Hujan adalah karunia Allah yang harusnya DISYUKURI. Hati-hati terpeleset pada kekufuran saudara-saudari.
Sehubungan dengan mengkufuri nikmat, Allah Swt berfirman di dalam surat an-Nahl ayat 112 dan 113 sebagai berikut:
وَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتيها رِزْقُها رَغَداً مِنْ كُلِّ مَكانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ فَأَذاقَهَا اللهُ لِباسَ الْجُوعِ وَ الْخَوْفِ بِما كانُوا يَصْنَعُونَ. وَ لَقَدْ جاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذابُ وَ هُمْ ظالِمُونَ.

Artinya: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Karena itulah Allah mengenakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya. Karena itu, mereka dimusnahkan oleh azab Ilahi dan mereka adalah orang-orang yang zalim”.

Hey anda, ya anda yang (mudah-mudahan) mulai sadar dengan apa yang telah anda ucapkan. Mari beristighfar. Saya pun manusia yang tak lepas dari kesalahan. Saya memaklumi hal tersebut sebagai sebuah kekhilafan, dan mungkin kurangnya ilmu. Wajar, manusiawi. Yang tidak manusiawi adalah jika anda mengulanginya. “Astaghfirullahaladzim.”
Hey anda, saya tawarkan hal yang lebih menarik dilakukan daripada berkeluh kesah saat hujan. Yuk, berdoa. Karena saat hujan, rahmat Allah sedang turun ke muka bumi. Karena salah satu waktu diijabahnya doa adalah pada saat hujan. Jadi,daripada tenggelam dalam rasa jengkel lebih baik memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa memohon apa yang diinginkan kepada Allah Ta’ala:
ثنتان ما تردان : الدعاء عند النداء ، و تحت المطر
“Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat, dan setidaknya menggugurkan kewajiban saya untuk mengingatkan sesama muslim. Wallahu’alambishowab. Kurang lebihnya mohon dimaafkan. Mudah-mudahan kita bukan termasuk orang yang suka mencela hujan.
Nah, sekian tulisan saya yang kini berjudul “Hey Anda, Ya Anda yang (tidak akan lagi) mencela hujan. (Amin)