Alkisah, sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan empat orang anak. Anak yang pertama laki-laki kelas 3 SD. yang kedua juga laki-laki kelas 1 SD. Yang ketiga perempuan, masih TK, dan yang bungsu umur tiga tahun juga perempuan. Yang menarik, keluarga ini menjadi keluarga pecinta Qur’an. Anak pertamanya kini sudah hafal 5 juz. Anak keduanya 2 juz, sedangkan anak ketiganya 1 juz, anak ke empatnya walau masih tiga tahun sudah Iqra 3. Ayah ibunya? Alhamdulillah sudah hafal 30 juz. Subhanallah.
Setiap pekan, mereka meluangkan waktu untuk mengkaji Al-Qur’an bersama. Si Ayahnya ini meski bukan jebolan pesantren, tapi pengetahuan akan agama Islam tidak diragukan karena kecintaannya pada Al-Qur’an. Ayahnya menjadi idola bagi anak-anaknya, karena pengetahuannya yang mendalam itu. Ayahnya selalu jadi “sasaran” jika mereka mau bertanya-tanya tentang hal apapun.
Setiap Shubuh dan Isya, mereka selalu sholat berjamaah. Pagi sampai sore harinya, ayahnya bekerja.
Ibunya? Saat menikah ibunya masih bekerja di sebuah perusahaan. Tapi setelah melahirkan anak pertamanya, ibunya fulltime berada di rumah. Ia mengabdikan dirinya untuk keluarga. Tetapi ia tetap membantu perekonomian keluarga dengan usaha yang dimilikinya, namun tidak mengganggu waktunya untuk keluarganya. Ia gunakan waktu sisanya untuk berbisnis, sedangkan waktu utamanya tetap untuk keluarga. Bagaimana caranya? Dari tabungannya semenjak belum menikah sampai ia berhenti bekerja, ia gunakan untuk membeli 2 gerobak es buah. Kemudian ia cari dua orang pegawai untuk menjajakkan dagangannya. Sehari-hari kedua gerobak tersebut mangkal di tempat yang berbeda. Malam hari seusai Shalat Maghrib, ibunya ini tinggal menerima saja setoran dari pegawainya. Di tahun ke sepuluh pernikahannya, ia telah memiliki 30 gerobak. Selain itu, ia juga menerima pesanan kue untuk arisan, pengajian, rapat dan lain-lain. Jika pesanannya banyak, ia kerahkan tetangganya sesama ibu rumah tangga untuk membantunya membuat kue-kue tersebut di rumahnya. Suaminya, keempat anaknya, tak pernah sedikitpun kehilangan perhatian darinya.
Hasilnya tak ia foya-foya. Ia bukan tipe wanita yang suka menghambur-hamburkan uang. Ia gunakan uangnya untuk tambahan keperluan keluarga, sedekah, dan sisanya diinvestasikan. Apa investasinya? Ia beli sebuah rumah yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumahnya, yang dipergunakan untuk penitipan anak sekaligus TPA untuk anak-anak. Investasi dunia sekaligus akhirat. Sore hari, ia mengajar di TPA tersebut dengan membawa anak-anaknya juga. Jadi benar-benar tidak ada yang dikesampingkan olehnya.
Pernah suaminya bertanya, ”Istriku, apa ada yang engkau inginkan? Mungkin perhiasan? Atau pakaian? Aku selalu bingung jika mau memberimu hadiah, kau tak pernah minta apa pun. Dan tak terlihat tertarik pada suatu benda apa pun. Jika kau butuh sesuatu, kau selalu gunakan uangmu sendiri. Uang yang ku berikan padamu, kau gunakan sepenuhnya untuk keperluan keluarga”
Mendengar pertanyaan itu, istrinya tersenyum, lalu berkata “aku tak pernah silau akan apa pun di dunia ini, aku hanya ingin bersamamu dan anak-anak kita di syurga, bimbing aku ya... hanya itu yang aku butuhkan. Cukuplah akhirat yang kita kejar, biar dunia yang kejar menghampiri kita”
Si Ayah, pengetahuan akan agamanya mendalam hingga bisa membimbing keluarganya menjadi pecinta Qur’an. Si ibu, ibu yang cerdas dalam multitasking, great mompreneur, dan tak pernah lepas perhatiannya pada keluarga. Anak-anak yang sholih dan sholihah. Sungguh, sebuah potret keluarga yang mengagumkan bathin saya. Yak, surpriiiiseee kisah tadi 100% karangan saya. Hehehe. Itu keluarga impian saya yang ingin saya bangun kelak. Saya menulis ini karena bosan dengan bentuk harapan yang ditulis dengan poin-poin, kurang menarik. Semoga saya bisa mewujudkan impian saya, itu. Aamin Yaa Robb :)
Walau fiksi, tapi saya sering mendengar kisah-kisah yang serupa. Yang di atas ini saya sesuaikan dengan keinginan saya. Namanya juga impian, boleh-boleh saja kan? Hehe.. Semoga menginspirasi dan bermanfaat. Salam, calon ibu di keluarga pecinta Qur’an. (hihiw :D)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar